Bandung,SP,- Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi Jawa Barat, yaitu PT. Agronesia melakukan teknologi Organisasi Kerja Sama dengan Pusat Riset Material Maju Riset Nano dan Material Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara PT. Agronesia dan BRIN yang dilakukan di West Java Investment Hub, Jalan Windu No.26 Bandung, hari ini Selasa (8/11/2022), tentang Riset dan Inovasi Barang Teknik Karet Bidang Perkeretaapian.
Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama masing-masing dilakukan Ir. M. Deddy Gamawan ST., MM, IPM selaku Direktur Utama PT. Agronesia dan Dr. Wahyu Bambang Widayatno selaku Kepala Pusat Riset Material Maju BRIN.
Serta Ir. M. Deddy Gamawan ST., MM, IPM selaku Direktur Utama PT. Agronesia dan Drs. Sugiyanto, S.Sn, M.Sn. sebagai Direktur Politeknik ATK Yogyakarta.
Menurut Deddy, kerja sama antara PT. Agronesia dengan BRIN sangat penting dilakukan untuk meningkatkan kemampuan serta kualitas karet yang dihasilkan Inkaba yang merupakan salah satu unit bisnis PT. Agronesia.
“Kerja sama ini cukup penting karena kita tahu BRIN berisi SDM yang mumpuni dalam masalah produk karet,” kata Deddy.
“Kita butuh formula-formula karet yang diinginkan oleh “user”. Jadi kalau “user”, yang diinginkan itu karet yang kualitas, ketahanan suhu, kekuatannya “life time”,” imbuhnya.
Menurut Deddy, dari hasil kolaborasi ini nantinya formula atau campuran hasil dari BRIN disampaikan kepada PT. Agronesia, untuk selanjutnya diolah oleh Inkaba.
“Jujur kita harus kerja sama dengan BRIN, karena BRIN lah yang bisa mengatur formula-formulanya, campuran-campurannya karet. Inilah yang kita butuhkan, nanti BRIN yang menyampaikan kepada kita dan nanti kita olah. Jadi formulanya dari BRIN,” tuturnya.
Sementara itu, kerja sama dengan ATK Yogyakarta lebih difokuskan untuk kebutuhan pegawai dan kebutuhan mahasiswa untuk magang di Inkaba.
“Kita membutuhkan tenaga-tenaga terampil yang notabene siap pakai, makanya kita kolaborasi dengan politeknik,” ucap Deddy.
“Di kita memang SDM persentasenya untuk yang usia 40-50 tahun sekitar 50%, diatas 50 tahun 30% dan usia dibawah 40 tahun sekitar 20%”, tambahnya.
Rencananya kerja sama ini akan berlangsung selama 1 tahun, namun bisa diperpanjang hingga 5 tahun tergantung kebutuhan kedepan.
Harapan besarnya menurut Deddy, dengan kerja sama ini kedepannya Inkaba bisa memenuhi sebagian besar kebutuhan perusahaan atau industri yang menggunakan material karet produk dalam negeri, sesuai harapan Presiden Joko Widodo.
“Sesuai semangat Presiden Pak Jokowi, industri yang menggunakan bahan karet bisa memilih kepada kami, agar bisa menyediakan spare part-nya dari kami. Kita bisa 10-20% dulu lah. Kalau harapan Pak Jokowi kan besarnya tingkat komponen dalam negeri (TKDN) itu minimal 30%,” pungkasnya.
Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material BRIN Ratno Nuryadi menegaskan bahwa perjanjian kerja sama ini, salah satu bentuk kolaborasi yang sudah dilaksanakan oleh para periset sebelumnya.
“Harapannya terus berlanjut dan perjanjian kerja sama ini tidak seremonial tapi bisa diemplementasikan dilapangan, diaplikasikan dilapangan,” ujarnya.
Ratno mengaku senang dengan kolaborasi ini dan kedepannya bisa melibatkan unit lain dan tidak hanya unit riset yang ada di BRIN, sehingga bisa menghasilkan inovasi yang lebih baik.
“Harapannya, riset dan inovasi kedepan sebagai pendorong untuk mandiri. Dan bahan lokal, sumber daya lokal bisa dimanfaatkan dan tidak import,” katanya.
Sementara itu, Sugiyanto, S.Sn., M.Sn. Selaku Direktur Politeknik ATK Yogyakarta berharap, nota kesepahaman ini kedepannya bisa saling menguntungkan kedua belah pihak.
“Mahasiswa yang praktik di Inkaba sudah ada, riset dosen dan ilmunya bisa digunakan di Inkaba. Dan kerja sama ini bisa berkelanjutan,” tegasnya.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PMPTSP) Provinsi Jawa Barat, Noneng Komara Nengsih berharap, kerja sama ini mampu meningkatkan investasi ke Jawa Barat serta berkontribusi dalam meningkatkan pendapatan BUMD.
“Target investasi kita 2022 sebesar Rp 163 triliun saat ini hingga kwartal 3 baru Rp 128 triliun,” kata Noneng.
“Apalagi potensi PT. Agronesia saat ini cukup besar untuk mengembangkan usahanya. PT. Agronesia bisa ambil peran dan peluang di bisnis karet ini. Dengan bahan karet yang berkualitas tentunya,” pungkasnya ***